Monday, April 05, 2010

Pengen sukses

Udah gabung 4 bulan sama DBC-network, tapi perkembangan ku lambat. Walau lambat tapi bisa berkembang dan bertahan. Aku seneng setiap ada telp dari prospek dan calon dl. Tapi saat ga ada kabar lagi dari mereka hai ini lamas. Cuma aku masih bisa memotivasi diri. Aku melihat begitu banyak yg percaya akan kesuksesan seperti eyang buyutku di dbc http://www.duniawanitaonline.com/home/.

artikel menariknya adalah berikut ini (aku contek ya bu evi...)

Banyak Orang bertanya ke saya ” Koq masih mau jalanin bisnis MLM? apa gak cukup hasil dari bisnis yang sekarang?”

Kenapa ya orang selalu berpikir kita kekurangan kalo mau punya usaha yang lain? Ada nggak yang berpikir walaupun kita sudah punya usaha tapi pengen bisa kasih warisan abadi ke anak-anaknya tanpa anak kita itu harus ahli di bidang usaha yang kita lakukan saat ini.

Kenapa kita harus diam 0ngkang-ongkang kaki kalo kita masih bisa mencapai lebih dari yang sekarang sudah di dapat. Kenapa kita tidak berusaha mencapai lebih kalo jalan menuju ke sana terbentang lebar :D

Dengar pertanyaan seperti di atas aku hanya bisa tersenyum dan bilang, tidak masalah kan kalo saya berusaha lebih untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.. :-) Apalagi menjalankan bisnis yang nyaman & menyenangkan seperti yang saat ini saya jalani yaitu bisnis MLM Oriflame by dBC network.. :D

Jadi buat saya selagi masih saya masih di beri umur, saya akan tetap menjalankan usaha yang produktif dimana hasilnya selain buat kesejahteraan kelurga, saya bisa bantu orang2 disekeliling saya dengan iklas.

Jadi Salam Sukses buat semua orang yang masih mau punya usaha walaupun hidupnya sudah berkecukupan..

Wednesday, June 10, 2009

EGOIS...

Menyebalkan!
Suamiku egois, seenaknya saja dia meminta sesuatu tanpa memikirkan istrinya ini cape dan kerepotan, harus siapkan ini itu padahal istrinya ini bukan wanita super. Tapi keduluan saja, mau ngambek tuh malah duluan ngambek. Daripada suasana tambah ga enak ya sudah lebih baik aku sapa dia seperti biasa. Dasar laki-laki, maunya menang sendiri, harga dirinya tinggi, ga bisa mau ngerti. Sudah dibilang berkali-kali, kita ini sama-sama kerja, jadi di rumah juga ya liat situasi, kalau bisa dikerjakan sendiri ya kerjakan sendiri. Sebel!

Begitulah gerutu dalam hatiku ini diatas motor, masih sambil memeluk pinggang suami yang mengantarkan ke kantor. Aku terus membayangkan betapa penyabarnya aku ini menghadapi suami yang demikian, coba kalau istri-istri yang lain pasti sudah lebih cerewet dan ga tahan sama suaminya. Mendengarkan omongan setan dan bertindak kurang ajar sama suaminya.

Turun dari motor aku pamit tapi masih sempat bilang maaf melihat tampang suami tersayang yang masih kelihatan kusut. Penyebab pertengkaran kami mulai terlihat jelas. Suamiku, untungnya mengerti dan mengajakku bicara terlebih dulu di ruangan, mumpung masih pagi. Ga enak rasanya berpisah tapi dalam hati masih ada unek-unek.

Akhirnya, kami bicara baik-baik, di awali curhat suamiku tentang apa yang dia rasakan dan tentang sosok aku sebagai istrinya selama ini. Baru setengah dari curhatnya, rasa tidak enak mulai menyerangku. Dadaku sesak karena sesal.

Ternyata...akulah yang menyebalkan. Aku ini istri yang selalu membantah, maunya menang sendiri, aku ini super egois. Tak pernah aku mengerti dan membayangkan apa yang ada dipikiran suamiku. Aku lah yang punya harga diri setinggi langit. Sehingga selalu membantah menyodorkan alasan akan pembenaran semua yang aku lakukan.

Selama ini suamiku sungguh sangat sabar menghadapiku. Dengan harga diri lelakinya dia masih menghargai aku. Aku yang sudah kurang ajar pada suami karena buruk hati dan prasangkaku. Aku terlalu mendengar omongan setan, setan-setan yang mengingatkan aku pada suami-suami lain yang telah berbuat curang dan seenaknya pada istri-istri yang lain.

Pa...maafin ma, ma yang seharusnya membela dan membagi segalanya dengan pa. Ma yang egois dan berpikir ma sendiri lah yang cape dan sibuk. Ma ga berpikir apa yang jadi kesulitan pa. Ma akan belajar lebih sabar lagi...

Thursday, March 19, 2009

Belajar memperbaiki diri

Kalau ada yang bilang, pernikahan itu membentuk watak kita, orang itu berkata benar. Setelah setahun lebih menikah, aku melihat kebelakang, beberapa bulan yang lalu. Aku orang yang sangat sulit menahan emosi. Sekarang ini, aku mulai belajar untuk memperbaiki diri.
Aku seorang istri dan seorang ibu. Setiap kali belajar menghadapi manusia lain yang sangat aku sayangi. Untuknya aku mengalah, untuknya aku berjuang, untuknya aku perangi rasa malas saat melihat tugas di rumah maupun pekerjaan di kantor. Untuknya aku belajar untuk lebih sabar dan bijak. Lebih hati-hati mengambil tindakan, dan mengucapkan sesuatu.
Walaupun saat ini belum sepenuhnya, terkadang masih saja ada saat dimana aku tak bisa menahan diri. Tapi dibandingkan aku yang dulu, begitu meletup-letup...:)

Aku seorang istri, yang ternyata jadi dapat melihat begitu jelas banyak kekurangan pada laki-laki yang aku nikahi. Aku jadi memiliki ego untuk menuntut yang lebih baik dan lebih banyak darinya. Tapi...aku juga tidak sempurna, semakin bebas aku padanya, semakin banyak kekurangan yang aku perlihatkan. Anehnya, dia selalu merindukan aku, menerimaku bahkan lebih lebar merentangkan tangannya.

Aku seorang ibu, yang ternyata tak mudah aku jalani. Rasa egoku untuk menjadi ibu yang terbaik bagi seorang putri cantik yang aku lahirkan, terbentur dengan peranku sebagai seorang yang berkarir. Tak bisa setiap saat aku menemani si cantik di rumah. Ada kalanya aku kesal jika mendengar orang lain menceritakan kebiasaan anakku sendiri, padaku, ibunya. Bukankah aku yang seharusnya lebih tahu? Aku yang tahu segalanya tentang putriku. Terkadang karena kealphaanku, aku berbuat kesalahan, sesuatu yang diluar kebiasaan putriku yang cantik.
Tapi anehnya, putriku selalu mencariku untuk mendekapnya saat akan tertidur. Dia tertawa riang saat melihat mamanya kembali dari tugasnya, mengulurkan kedua tangannya kearahku, menantiku untuk menggendongnya dengan perasaan rindu.

Nah...apalagi yang tidak aku miliki? Aku bahagia karena aku begitu penting buat mereka.

Friday, October 24, 2008

Guk..ungguk...ungguk..ungguk



Dari lahir sena emang ga bisa bergaya klo di foto, jadi ya pose bengong pun jadi ^_^


Umur Sena udah 2,5 bulan. Setelah beberapa hari ditinggal mamanya kerja, sena makin besar. Dalam asuhan aki dan enin, Sena ga nakal. Kemarin sore enin agak kecewa, mama datang Sena udah bobo. Padahal enin pengen memperlihatakan sesuatu yang baru dikuasai sena.
Sena udah belajar menegakan kepalanya, lehernya udah mulai keras. Kata enin, Sena digendong dengan posisi didudukkan di pangkuan enin, trus Sena mulai berusaha membuat kepalanya tegak, dengan sekuat tenaga sambil tanggannya di simpan di depan dada dalam keadaan mengepal. Sementara enin kasih Sena semangat, dengan menyanyikan "Guk..ungguk...ungguk..ungguk"
Artinya apa, nin? Enin bilang artinya mengangguk-angguk, sambil semangatin Sena belajar mengeraskan lehernya.

Tadi pagi sebelum berangkat ke kantor, Sena bangun subuh sampai mama mau berangkat. Sempet mama coba memangku Sena, pengen nyobain ber"ungguk-ungguk"ria. Ternyata benar. Sena serius sekali berusaha menegakkan kepalanya. Matanya melotot, tangannya terkepal mengeluarkan tenaga. Wah....anak mama jagoan...
Ga sabar pengen ngasih liat sama bapak nanti. Guk..ungguk...ungguk..ungguk...

Wednesday, October 22, 2008

Kehadiran 2

5 Agustus 2008...
Waktu subuh cepat datang, tapi aku belum juga mengalami pembukaan padahal air ketuban ku sudah banyak yang merembes keluar. Akhirnya aku diinfus. Setelah obat infus itu masuk ke tubuhku, rasa mulas yang
memang seharusnya datang akhirnya aku rasakan.

Mmmm...subhanallah nikmat sekali. Aku terus saja mengingat kalau sebentar lagi aku akan ketemu dengan anakku, si utun akan kulahirkan dengan lancar, kami akan selamat dan sehat. Sekitar jam 10 Bu bidan memeriksaku kembali. Sepertinya pembukaan sudah hampir lengkap, aku diminta pindah ke ruang bersalin. Apa? Aku harus jalan ke ruang bersalin? Memang sih jaraknya cuma beberapa meter, tapi kan....rasa mulasnya sudah datang hampir 2 menit sekali. Selang 2 menit itu, dimana mulasnya hilang aku tertatih berjalan ke
ruang bersalin. Rasanya si utun sudah mengganjal di bawah sana. Tapi di ruang bersalin aku masih harus sabar berbaring miring, menahan rasa mulas dan ingin mengejan. Bu bidan sangat sabar menunggu sampai saat yang tepat. Pada waktu aku sudah merasakan kepala si utun sudah hampir keluar bu bidan membantuku untuk terlentang dan ambil posisi untuk mengejan.

Dengan dorongan tenaga yang kuat (entah kudapat dari mana, karena sejak datang aku tidak bisa masuk makanan sedikit pun) aku mengejan. Bu bidan dan mamah yang setia mendampingi disebelahku menyemangati. Kepala si bayi udah keluar, aku tak bisa melihatnya karena mata rabunku ini tanpa kacamata. Akhirnya dengan kekuatan sisa terakhir aku mengejan sekuat tenaga, si bayi pun keluar dengan tubuh dibalut
ari-ari yang panjang sekali. Tapi Alhamdulillah selamat. Perempuan, mamah berbisik ditelingaku. Aku tak kuasa menahan haru, dan segala perasaan campur aduk. Aku ingin segera melihat anakku, tapi belum boleh, dia harus di bersihkan dulu.

Tanggal 5 Agustus 2008, Hari Selasa, jam 10.20 wib, telah lahir seorang bayi perempuan yang kuat, berat 2,3 kg, panjang 47 cm. Sudah terlihat sangat cantik sejak lahir. Seperti seorang ratu. Sayang bapaknya baru bisa datang sore hari. Tapi dia juga terlihat sangat bahagia saat datang dan melihatku sedang menyusui anak kami.

Tuesday, October 21, 2008

Kehadiran 1


Akhirnya posting juga buat blog ini setelah 3 bulan libur karena ambil cuti. Sekarang ini aku udah punya seorang putri yang cantik jelita. Begini awal ceritanya...

Senin, 4 Agustus 2008
Suasana hati lebih ga enak dibanding hari2 sebelumnya. Udah jenuh karena dirumah udah ga ada yang bisa dikerjakan selain ngemil dan tidur. Sebelumnya udah beresin lemari, rak sepatu, baju2 bayi, bolak-balik cek isi tas persiapan melahirkan. Sebenernya masih bisa bersih2 rumah. Hari2 sebelumnya juga rajin nyapu, ngepel, nyuci baju, masak.
Tapi hari itu ga tau kenapa bawaannya mualesssss....lesss...lesss... Ortu yang ngelarang aku tidur siang pun ngelonggarin peraturannya. Aku jadi boleh leha2 ditempat tidur lama2. Dalam hati udah sering ngajak si utun keluar...tun...mama pengen liat kamu...
Malamnya ada pikiran takut klo aku ga banyak gerak tadi siang ntar pas ngelahirin jadi susah. Aku jadi bolak balik jalan2 di seputar rumah, ke dapur, ke kamar, ruang tengah, ke ruang tamu...entah berapa putaran.

Jam 9 malam aku istirahat langsung tertidur. Jam 12.30 wib aku terbangun. Aku pikir aku pengen kebelakang biasanya memang terbangun beberapa kali kalau malam. Tapi waktu itu aku merasa celanaku basah. Pikirku, wah...ngompol nih. Sewaktu bangun dari tempat tidur aku merasa belum behenti air mangalir...hangat rasanya. Aduh, pecah ketuban! Sempat panik dan teriak manggil mamah. Tapi sepertinya teriakanku ga bangunin ortu. Tiba2 saja sadar mau melahirkan dalam hatiku seperti ada yang berbisik...tenang yani...tenang...
Masih di dalam kamar aku periksa celana dalamku, waduh ada darahnya. Cepat aku raih pembalut yang sudah aku sediakan dan ku pakai. Lalu perlahan aku keluar kamar dan membangunkan mamah dan bapak. Mereka terlihat sangat terkejut. Apalagi melihatku yang begitu tenang.
Aku berusaha menghubungi suami tersayang, tapi hp nya sepertinya sedang di cas dan dimatikan. Jadi aku tinggalkan pesan sms. Segera ditemani ortu aku menuju tempat bu bidan. Aku memang sudah berencana melahirkan disana. Tempatnya dekat. Waktu itu jam 1 dini hari. Aku melangkah perlahan karena takut ada apa2 kalau terlalu cepat bergerak. Rasanya aneh...tapi aku sangat merasa tenang.
Sampai di bidan aku diperiksa, ternyata belum ada pembukaan. Aku disuruh istirahat. Mamah menemaniku. Sampai subuh datang aku tidak merasakan mulas yang berarti, pembukaan juga tidak ada sama sekali. Tapi aku tidak panik. Aku tetap menyebut nama Allah dalam hati, di setiap hembusan nafasku. Aku tanamkan dalam pikiranku, sebentar lagi aku akan bertemu si utun...anakku sayang...sudah pengen ketemu mama ya....ayo nak, berjuang sama2 ya, kita pasti bisa...

Wednesday, July 16, 2008

Mau cuti nih :)

Mulai besok aku udah mulai masuk masa cuti persalinan. Tadinya sempet bingung, mau cuti kapan ya...
Masalahnya aku periksa ke 2 orang dokter, dan 1 bidan, perkiraan melahirkan dari ketiga orang ahli itu beda2...bedanya masing2 dua minggu! Kata dokter yang satu umur kandunganku masih 7,5 bulan, yang satunya bilang 8 bulan, kata bu bidan udah 8,5 bulan...lha...gimana donk? Aku musti ambil cuti kapan? Aku kan pengen bisa luangin waktu selama mungkin sama si utun klo udah lahiran ntar...
Stelah ngobrol-ngobrol sama orang2 yang sayang dan peduli padaku, siapa lagi klo bukan ortu dan suamiku tercinta, akhirnya aku ambil keputusan ikut sama hitungan ibu bidan yang masih berhitung cara manual (pake HPHT itu lohh...). Trus karena aku merasa udah ga tahan bolak -balik kantor yang melewati jalan yang rusak, trus nanjak ke lokasi aku kerja di lantai 3, blum lagi masalah2 kantor yang bikin pusing, jadi aku putuskan untuk ambil cuti 1 bulan sebelum perkiraan melahirkan.
Kehamilanku memang normal dan aku maupun si utun sehat2 aja, tapi aku pengen mengumpulkan tenaga dan konsentrasi penuh (cieee...kaya ujian pake konsentrasi) sama persiapan jadi seorang ibu nanti.
Perkiraan melahirkan sih 19 agustus 2008, tapi aku ambil cuti mulai 17 juli 2008-17 Oktober 2008. Menurut hitungan aku harus masuk tanggal 18 oktober ntar kan? Tapi kebetulan 18 oktober itu jatuhnya hari sabtu, jadi aku bisa masuk tanggal 20 oktober hehehe..lumayan kan.
Begitu aku mengajukan cuti ada kabar dari ibu2 yang lebih senior di kantor, katanya peraturan sekarang soal cuti persalinan ketat. Jadi harus 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah melahirkan. Waduh...berarti aku udah ambil keputusan yang tepat donk. Syukurlah...
Bagaimanapun aku ga akan ketakutan kekurangan waktu untuk aku luangkan buat si utun nanti. Aku pastikan si utun ga akan kekurangan kasih sayang dan perhatian orang tuanya.