Wednesday, June 10, 2009

EGOIS...

Menyebalkan!
Suamiku egois, seenaknya saja dia meminta sesuatu tanpa memikirkan istrinya ini cape dan kerepotan, harus siapkan ini itu padahal istrinya ini bukan wanita super. Tapi keduluan saja, mau ngambek tuh malah duluan ngambek. Daripada suasana tambah ga enak ya sudah lebih baik aku sapa dia seperti biasa. Dasar laki-laki, maunya menang sendiri, harga dirinya tinggi, ga bisa mau ngerti. Sudah dibilang berkali-kali, kita ini sama-sama kerja, jadi di rumah juga ya liat situasi, kalau bisa dikerjakan sendiri ya kerjakan sendiri. Sebel!

Begitulah gerutu dalam hatiku ini diatas motor, masih sambil memeluk pinggang suami yang mengantarkan ke kantor. Aku terus membayangkan betapa penyabarnya aku ini menghadapi suami yang demikian, coba kalau istri-istri yang lain pasti sudah lebih cerewet dan ga tahan sama suaminya. Mendengarkan omongan setan dan bertindak kurang ajar sama suaminya.

Turun dari motor aku pamit tapi masih sempat bilang maaf melihat tampang suami tersayang yang masih kelihatan kusut. Penyebab pertengkaran kami mulai terlihat jelas. Suamiku, untungnya mengerti dan mengajakku bicara terlebih dulu di ruangan, mumpung masih pagi. Ga enak rasanya berpisah tapi dalam hati masih ada unek-unek.

Akhirnya, kami bicara baik-baik, di awali curhat suamiku tentang apa yang dia rasakan dan tentang sosok aku sebagai istrinya selama ini. Baru setengah dari curhatnya, rasa tidak enak mulai menyerangku. Dadaku sesak karena sesal.

Ternyata...akulah yang menyebalkan. Aku ini istri yang selalu membantah, maunya menang sendiri, aku ini super egois. Tak pernah aku mengerti dan membayangkan apa yang ada dipikiran suamiku. Aku lah yang punya harga diri setinggi langit. Sehingga selalu membantah menyodorkan alasan akan pembenaran semua yang aku lakukan.

Selama ini suamiku sungguh sangat sabar menghadapiku. Dengan harga diri lelakinya dia masih menghargai aku. Aku yang sudah kurang ajar pada suami karena buruk hati dan prasangkaku. Aku terlalu mendengar omongan setan, setan-setan yang mengingatkan aku pada suami-suami lain yang telah berbuat curang dan seenaknya pada istri-istri yang lain.

Pa...maafin ma, ma yang seharusnya membela dan membagi segalanya dengan pa. Ma yang egois dan berpikir ma sendiri lah yang cape dan sibuk. Ma ga berpikir apa yang jadi kesulitan pa. Ma akan belajar lebih sabar lagi...